Katarsis (I)

PER-PKPP-AN (I)



                               Yuhuuuuu............................. 
                        Sudah tidak sabar sebenarnya untuk menulis bagian ini, karena bagian ini adalah bagian terlalu banyak pelajaran sehingga meningkatkan perkembangan diri sendiri. Wadidaw....agak puitis gitu. Bingung juga sebenarnya harus menceritakan darimana, antara lupa kejadiannya atau emang sudah kependam yang lain-lain wkwkwk. Sebelumnya sudah menceritakan tentang "Ada apa sih di S2?", bagi yang belum baca silahkan dibaca lagi, bagi yang lupa baca lagi biar paham perkuliahan magister Psikologi profesi itu seperti apa.

Kali ini akan bahas tentang PER-PKPP-AN (I), apa itu artinya? merupakan praktik kerja profesi psikologi bagian mayoring. Jadi, dikampus gue ada mayor dan minor yang sudah dijelaskan di blog sebelumnya. Mayoring yang dipilih adalah klinis. Klinis ini harus mencari 10 kasus yang isinya 2 kasus psikotik, 2 kasus napza, 2 kasus neurotik, 2 kasus lansia/sosial, 1 kelompok/komunitas, yang wajib adalah psikotik, napza, neurotik, kenapa wajib karena yaa biar gampang aja diotak mikirnya, eh...tidak deng wkwkwk. Wajib karena untuk kasus lansia atau sosial itu disuruh pilih salah satu, begitupun juga kelompok atau Komunitas pilih salah satu. Begini gaes hitungannya, kelompok itu 2 sks is mean minimal mencari 5 orang/5kasus sehingga diakhir dibuat perkumpulan atau kelompok untuk proses intervensi dengan permasalahan yang sama, sedangkan Komunitas 3 sks yang artinya menangani 10 orang kasus yang sama dan diintervensi diakhir. Nah... tinggal pilih deh, berhubung gue mengambil komunitas maka kasusnya yaitu 2 kasus psikotik, 2 kasus napza, 2 kasus neurotik, 1 kasus lansia dan 1 kasus komunitas sehingga kalau dijumlahin pas 10 kasus, paham kan? kalau tidak yaudah tidak usah dipaksa memahami. 

Rules : Untuk satu kasus itu memiliki maktu 60 jam, biasanya sekitar 10 harı-14 harı, ini sih sesuai kebutuhan dan keadaan di lapangan. Intinya bagaimana caranya bisa 60 jam entah itu 10-14 hari. 
              Tugas sebagai CP a.k.a Calon Psikolog adalah sudah pasti observasi, wawancara, melakukan asesmen, dan terakhir intervensi. Untuk yang tidak tau asesmen itu apa? asesmen adalah alat ukur psikologi (biasa dikenal dengan psikotes) yang mengukur kepribadian dan kecerdasan individu. Mungkin ada yang belum tau istilah tentang intervensi? intervensi adalah terapi Psikologi yang diberikan untuk mengubah perilaku seseorang (ini tergantung jenis dan tekniknya). Sudah gumoh belum? wkwkwk. Mungkin ada yang bingung juga tentang "Bagaimana awalnya bisa mendapatkan seorang klien/pasien kita?", nah ini tergantung dari instansi tempat magang, biasanya ada yang dipilihin dari instansi tersebut karena memang sudah peraturan dari tempatnya atau juga mencari kliennya sendiri. Nah pasti bertanya-tanya kan caranya seperti apa? Di simak baik-baik dah penjelasan ini :

Jadi, peraturannya kurang lebih seminggu pertama (5-6 hari) di lakukan observasi (untuk yang mencari atau mendapatkan klien sendiri) dengan cara membina raport dengan klien yang ada di sana, Bagaimana? dengan memulai percakapan dengan siapa aja (membuka diri atau membuka percakapan), sedangkan untuk yang telah dipilih dari instansi sama aja sih membina raport cuma bedanya kita telah tau identitas diri dan permasalahannya (ini tidak selalu sih) tapi minimal sudah tau dia menderita gejala apa. Yang jelas observasi dilakukan selama kita menangani klien tersebut. Nah, dari membina raport aja terkadang kita sudah dapat data yang ada (tergantung kliennya), kalau dia terbuka, biasanya 2-3 jam sudah mendapatkan banyak data. Selain itu ada asesmen, untuk ini dari kampus sendiri ada 3 yang wajib, yaitu Inteligensi, Kepribadian dan Inventory tetapi dilihat lagi, apakah dari tes tersebut sudah menggambarkan diri  klien tersebut. Masuk minggu kedua sudah di mulai untuk intervensi, kalau sudah di sini fokus ke intervensi sehingga tidak boleh asesmen ataupun wawancara tentang permasalahannya, intinya fokus sama permasalahan atau gejala yang mau dikurangi hingga diubah. Nah ini tergantung dari perilaku apa yang terlihat saat proses menangani klien tersebut dan dilihat juga dari permasalahan klien itu apa. 

             Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada tanggal 22 Juli 2019 resmi diriku memulai Per-PKPP-an di Panti Werdha Jakarta Barat. Panti ini merupakan panti swasta sehingga untuk para lansia yang berada di sana membayar perbulannya sekitar 1jt (kalau tidak salah) tetapi untuk magang di sini cukup gratis (tidak tau sekarang gimana). Di sana, gue dan teman-teman selama 2 minggu saja. Seorang gue yang anaknya lumayan cuek dan cukup introvert kalau sesama orang yang belum kenal, di sinilah tantangannya.  Berhubung dari awal kliennya lansia tidak sulit sih, mereka sangat senang uituk diajak ngobrol karena pasti mereka butuh teman ngobrol di panti tersebut. terkadang mereka menganggap kita sebagai cucu karena serindu itu pada keluarganya dan bisa juga mereka tida memiliki keluarga sehingga suka menyendiri atau bersedih sama keadaan yang ada. Banyak cerita yang dialami Oleh lansia tersebut, ada hal yang sampai saat ini menggemaskan karena klien lansia gue tidak mudah percaya sama orang lain sehingga kerjaannya suudzon mulu, bahkan sama gue pun juga wkwkwk.

                      Gini, Pada hari di mana tinggal sehari lagi gue selesai magang, oma menyuruh gue untuk laundry baju, celana, sprei, selimut, dan bahkan handuknya yang sudah berbulan-bulan tidak dicuci. Alhasil, gue disuruh untuk mengambil baju yang ada di lemari dan dikardus yang sama, gue dan dia hitung sama-sama ada berapa jumlahnya, ternyata ada 32 pieces yang harus di laundry. Dia (oma) menceritakan kalau dulu bajunya pernah di laundry tetapi hilang dan menyalahkan petugas panti karena tidak benar kerjanya (ini antara iya dan tidak pokoknya iyain aja). Di kasih lah duit untuk laundry 100rb, dia blg "Kalau ada sisa duitnya, vega pake aja buat beli makan siang atau ongkos ke sana" dan gue pun cuma mengangguk. Gue pergi ke sana memakai ojek online karena membawa satu kresek hitam yang gede lumayan juga kalau jalan wkwkwk. Sesampainya di sana, di timbang ternyata sampai 10kg, karena gue tinggal  sehari lagi di sana kayaknya tidak mungkin kalau pake yang biasa, jadinya gue memilih untuk kilat. Harga laundry 80rb, itu sehari jadi dan diantar pula. Setelah sampai di panti, dia tanya berapa harganya dan ngomel karena kemahalan, gue cm bilang "kan oma bajunya di timbang ada 10kg, terus aku pake kilat karena besok hari terakhir nanti sapa yang ambilin ketika laundrynya datang", intinya dia ngomel lah dan membandingkan kemarin (dulu) dia laundry murah cuma 30rb, gue bilang "iya tapi kan aku enggak tau yang mana tempat oma laundry dulu" selama kurang lebih 30 menit untuk mendengarkan dia ngomel-ngomel wkwkwk.

                      Besoknya ketika barangnya datang, gue cek dulu benar tidak ada 32 jumlahnya wkwkwk. Begini lah oma-oma yaa kan wkwkwk. Di satu sisi persis banget dengan nenek gue, nenek gue selalu aja suka ngebandingin "dulu nenek beli ini harganya segini tapi kok di sini mahal banget" yaudah lah di telen aja wkwkwk. Tapi meskipun begitu, oma ini tuh suka ngasih duit ke gue, di kasih lah 10rb buat ue jajan wkwkwk, kemarin pas disuruh laundry pun dikasih karena sisa 20rb dan tidak gue pakai untuk ongkos atau makan, dia ngomel sih gini "iisshh si vega mah ambil aja buat kamu makan, kan kesian kamu udah panas-panasan terus berat bawain baju oma, udah ini ambil 20rb". Yaaa gue tolak lah, karena juga gue pake ojek cuma seribu terus juga makan gue sering bawa makanan jadi tidak perlu lah. Oma juga pernah ngasih gue handuk, kata dia kebanyakan handuk yang dikasih orang wkwkwk tapi gue tolak juga karena gue aja beli handuk emak suka ngomel wkwkwk. Banyak hal gue dapat selama di sana, entah ceritanya dia tentang jaman dahulu yang perang-perang dan karakternya dia yang membuat kita sebagai psikolog kudu bisa menerima klien apa adanya. Dari awal dia emang ekstrovert banget dan mau bercerita banyak, itu yang membuat gue senang karena ada yang percaya sama gue dan mau berbagi kisah hidupnya. 

                         Setelah dari panti werdha, selanjutnya ke PSBL 3 yang ada di Jakarta Barat. Sesuai dengan gambar di atas yaitu memanusiakan manusia itu prinsip dari Psikologi klinis yang intinya kita sebagai psikolog klinis kudu bisa menerima manusia itu sendiri dan memanusiakan manusia layaknya manusia, bagaimanapun karakter, kepribadian, tingkah laku dan lain-lainnya yang perlu diterima. Pada tanggal 05 Augustus 2019, mulai magang di sana. Mungkin ada yang belum tau PSBL itu di bawah naungan dinsos DKI Jakarta yang mereka isinya adalah para warga binaan sosial (WBS) atau pengguna layanan sosial (PLS) yang menangani masalah sosial seperti kemiskinan, bencana,  rehabilitasi ODGJ dan ODMK. Bisa dibilang PSBL 3 ini merupakan ODGJ kategori psikotik ringan dan mereka memiliki klaster 1,2, dan 3.

                            Pada pertama ke tempat ini, jujur deg-deg-an parah, karena takut sama mereka, entah takut ada tiba-tiba yang iseng, takut diliatin dengan tatapan kosong atau tatapan senyum-senyum (tertawa) tidak jelas. Pertama kali masuk, ikut apel pagi, seperti biasa apel pagi menyanyikan lagu Indonesia Raya stanza 3, berdoa dan ada ice breaking, berdiri berhadapan dengan mereka sangat deg-deg-an, bayangin saja ada 500 orang lebih di sana dan mereka semua odgj. Hari pertama tidak mau sendirian dan tidak mau jauh dari teman, kalau bisa selalu ramai-ramai kalau mau ke mana-mana takut wkwkwk. Hari pertama, gue pun sudah dideketin dengan beberapa laki-laki, berbagai cerita mereka, ada yang mengaku-ngaku sebagai pacarnya Maudy Ayunda, ada pula yang mengaku-ngaku ikut penjarahan tahun 1998, ada pula yang menceritakan pacarnya yang di panti juga, ada yang modus in gue juga wkwkwk, dan paling teraneh ada yang tiba-tiba bilang kalau gue mirip (Alm) ibu Ani Yudhoyono dan kata dia itu ibu Ani mengikuti gue di belakang wkwkwk, sodara bukan dan tidak punya hubungan khusus dengan beliau wkwkwk dibilang diikutin, yaaa....auto panik dibilang gitu, dari situ agak jaga jarak sih sama doi hahaha. Lama kelamaan mencoba terbiasa sih dengan mereka, mencoba biasa aja dan mencoba menanggapi atau merespon aja omongan mereka walaupun isinya halusinasi dan delusi cuma yaa dengerin aja kadang lucu banget Ya ALLAH wkwkwk.

                               Oh iya, di sini gue sebulan karena 2 kasus, tapi meskipun begitu, mereka lebih bisa menghargai kita sih, mereka aja kalau manggil kadang dokter, suster atau ibu wkwkwk, kebanyakan mereka usianya di atas umur gue tapi mereka manggil "ibu" wkwkwk. Punya dua klien yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Klien I dia introvert, klien pertama gue yang paling rajin, pendiam, terlalu serius, afek datar, muka sangar, tapi hatinya helkit banget, doyan joget, sayang sama istri, bertanggungjawab dan mau bekerja tapi sedihnya karena keluarganya pergi gitu saja dan memutuskan kontak dengen dia, padahal dia suka lebih baik, sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Sedangkan klien II ini tuh paling lucu dah, ngomong sama orang ini terkadang bahasanya suka-suka dia aja udah, bahasa sunda campur bahasanya dia sendiri. Setelah bertemu dengan klien biasanya suka kasih reward ke mereka, apalagi orang odgj, untuk melakukan sesuatu atau sesuatu yang mengarah kebaikan kudu dikasih reward sebagai penghargaan ke diri mereka karena sudah belajar lebih baik. Biasanya gue kasih kopi tau roti, suatu ketika gue kasih roti ke klien II, dia bilang "saya enggak suka roti", gue jawab "kenapa?", dia blg " iya enggak enak terlalu lembut gitu di tenggorokan jadinya aneh", duh otak gue mikir keras hahaha. Kalau ketemu klien II bawaannya, gue ketawa mulu karena apa yang diomongin lucu dan kadang suka aneh aja jawabannya, sampai dia blg "ibu vega ketawa mulu kenapa sih?", yaa gimana emang gue receh anaknya, dikit-dikit ketawa wkwkwk.

                                   Btw, klien gue laki-laki, yang awalnya takut sama laki-laki lama-lama terbiasa dan yaudah lebih seru laki, kalau cewek terkadang suka mood-mood-an. Pertama kali di sana dan melakukan apel pagi yang mana selalu menyanyikan lagu Indonesia Raya Stanza 3 yang di mana gue aja tidak tau, tapi mereka pada hafal semua lirik lagunya, yaaa ampun di situ terharu dan bangga aja gitu sama semangat mereka menyanyikan itu dengan nada lantang, seakan-akan sudah memahami makna dari lagu tersebut, padahal kita yang orang normal aja tidak tau dengan lagu ini, bahkan masih banyak juga yang sudah lupa dengan lagu ini wkwkwk. Terus juga di sini, banyak banget kegiatannya dan setiap hari beda-beda, selalu di rolling agar PLS tidak merasa bosan. Kegiatannya ada bikin keset, bikin sapu atau kain pel, bikin manik-manik : tempat tissue, gantungan kunci, dsb, ada salon, ada hafalan tentang merawat diri dan ada juga praktek seperti mandi, nyetrika, sikat gigi, dsb.  Ini merupakan tempat favorit gue yang pertama, karena mereka lebih bisa menghargai kita sebagai Calon Psikolog, bisa menceritakan apapun tanpa melihat kita apapun itu. Di sini hari-hari selalu tertawa dengan tingkah laku mereka, bisa lupa dengan masalah yang ada, tiap jumat selalu ada acara dangdutan, dari mulai petugas hingga pns yang ada di sana menyanyi bareng dan dapat menghibur banget-banget. Yang awalnya punya ekspektasi tentang ODGJ yang gimana-gimana tetapi ketika di jalani ternyata tidak seperti yang di kira. Tapi di sisi yang lain, menangani ODGJ itu cukup menguras energi yang ada di dalam tubuh karena memang klinis bgt, energi yang di dapat pasti negatif, belum lagi latar belakang, kepribadian, perilaku, emosi, yang memang benar-benar butuh energi untuk menghadapi mereka, capeknya benar-benar capek tetapi tidak tau kenapa hidup terasa nikmat banget ketika berada di sini. Laper makan di warteg aja bisa nikmat, enak dan sebahagia itu, tidak ada henti-hentinya bersyukur dalam hal apapun.

                          Selanjutnya adalah RSKO Cibubur di mulai tanggal 30 September hingga 25 Oktober 2019. Ini adalah tempat yang paling terjauh yang pernah gue datangi dan ini adalah tempat yang paling gue takuti wkwkwk. Kenapa? karena pertama, tempat ini merupakan tempat orang dengan pengguna narkoba yang mana stereotipe orang-orang bahwa pengguna narkoba itu bla bla bla. Sebelum ini juga tidak pernah komunikasi ataupun bertemu secara langsung dengan pengguna narkoba. Mungkin karena ini merupakan tempat rehabilitasi sehingga tidak terlalu menyeramkan seperti penjara. Sempat membayangkan bakalan capek banget ke tempat ini karena jauh dan harus 3 kali ganti angkutan umum, belum lagi ketemu klien dan laporan yang belum di tulis.

                               Ketika pertama kali masuk ke RSKO, ada hal yang harus diurus yaitu administrasi dan surat-surat selama magang, baru dilanjutkan dengan touring facilities RSKO, lalu dilanjutkan dengan memasuki rehabilitasi, selama ini penjagaan cukup ketat, kalau mau masuk rehab harus body checking oleh security perempuan, tidak boleh bawa kamera, laptop, hp, dan uang.  Pada saat masuk rehab, diperkenalkan ke security disana, perawat, dan konselor yang ada di dalam, kurang lebih tour facilities juga sih di dalam. Konselor yang ada di sana bukan berasal dari psikolog atau apapun tetapi mereka merupakan mantan pengguna juga yang istilahnya mengabdi/membantu anak-anak yang sedang di rehab agar dibimbing selama rehab berlangsung. Jadi, di rehab ada yang namanya mayor dan konselor, mereka orang yang sama juga, mayor itu kurang lebih seperti ketua osis lah yaa, yang mengorganisir kegiatan rehab sehari-hari, dan tiap hari mayor selalu berbeda-beda. Untuk konselor sendiri semacem guru BK lah wkwkwk, yang membimbing kalian untuk bisa keluar dari permasalahan , bisa juga jadi tempat cerita gitu intinya.

                            Sekarang dari segi program apa aja yang ada di rehab, yang pertama detoksifikasi itu tempat pertama kali pasien masuk rehab untuk mendetoks (mengurangi, membersihkan, atau mengeluarkan) cairan atau zat dari tubuh pasien tersebut. Biasanya dilakukan selama 8-14 hari, eh tapi tergantung pasien masing-masing sih, selama di sana tidak boleh dijenguk siapapun termasuk keluarga. Setelah dari detoks pindah ke primary, tahap ini di mulai dengan dengan terapi community, tiap pagi mereka mengadakan morning meeting dengan teman-teman, di sini membahas segala permasalahan yang ada, mereka juga punya peraturan utnk ramah kepada siapapun, respect kepada siapapun dan terutama aware sama diri sendiri dan orang lain, tidak hanya itu saja, termasuk dengan permasalahan dengan teman, mereka juga punya tugas masing-masing, seperti : mengurus laundry, mengurus kebersihan, front desk, makanan, dsbnya, yang intinya mengurus kehidupan sehari-hari sendiri. Selesai morning meeting biasanya mereka membersihkan rehabilitasi kurang lebih 20-30menit, tapi tergantung permasalahan yang ada. Ada kegiatan full olahraga dari pagi hingga sore, ada juga kegiatan visit dari keluarga yang dilakukan 2 minggu sekali, katanya juga hari sabtu ada kegiatan hiburan, terus ada kegiatan sharing session yang dilakukan setiap hari sebelum tidur, kegiatan-kegiatan ini akan di pantau oleh mayor dan konselor, psikolog, serta psikiater untuk melihat apakah pasien tersebut ada perubahan ke arah yang lebih baik. Ini tahap terakhir yaitu Re-Entry itu sebelum pasien meninggalkan rehab, pasien juga memiliki kegiatan di luar rehab tetapi masih di pantau, misalnya di suruh untuk belanja bahan makanan, atau apapun yang berkaitan di luar rehabilitasi, tapi tidak semua pasien menjalankan hal ini, balik lagi diliat dari pasien tersebut, apabila ada perubahan biasanya pasien bisa menjalankan rawat jalan tanpa re-entry.

                           RSKO merupakan tempat rehabilitasi yang memiliki fasilitas oke sejauh ini karena masuk sana pun berbayar. Pasien-pasien yang di sana ada 2 kemungkinan, yang pertama dari keluarga dan kedua dari kasus hukum. Sesabar-sabarnya dirikuh yaa menghadapi klien napza ini, bener-bener merasa sabar pas ketemu klien napza wkwkwk. Dapet klien yang lumayan tengil, keras kepala, tidak memiliki tujuan sehingga membuat ku cukup beremosi ketika bertemu dengannya, salah? wah iya salah banget, dan ingin sekali meminta maaf kepada klien kuh ini karena menaruh emosi yang seharusnya sebagai psikolog kudu bisa netral dan tidak terpengaruh oleh klien. Tidak bisa dipaksain juga sih, dia tidak merasa butuh psikolog sehingga dirinya yaa biasa saja dan masih baik-baik saja menurutnya. Dalam waktu 2 minggu terkadang kecepetan dan kadang kelamaan tergantung dari siapa kliennya, karena 2 minggu tidak mudah membuat orang nyaman sehingga tidak mudah juga buat terbuka. Eh tapi emosi ini bukan yang gimana-gimana yak cuma terlihat lebih kesal dan ekspresi muka gue terlihat banget, enggak protes sih dia cuma yaa merasa sebagai psikolog tidak seharusnya bersikap gitu, maapin belum bisa menerima klien sepenuhnya.

                     Dia adalah klien yang tidak kooperatif menurut gue, karena dari awal juga tidak welcome, mungkin karena terpaksa harus ngobrol sama gue. Gue belum menjelaskan, kalau di sini klien di pilih oleh konselor, jadi yasudah terima saja, sebenarnya bisa minta ganti cuma yaa pada saat itu juga waktu tidak memungkinkan. Sebenarnya gue juga tidak suka maksa orang, gue tau kalau dia kepaksa tapi yasudahlah mau gimana lagi, makanya perasaan yang enggak enak gini harusnya di omongin sih pas di awal kemarin. Di sini sempet strugle sih, karena minggu pertama di sana sempat ganti klien lagi karena klien yang sebelumnya juga sempet protes, sebenarnya sempet sedih ugha karena sudah berlangsung seminggu, mana lagi sakit, kurang enak badan saat itu tapi yaudah karena dia ngomong langsung dan segera gue konfirmasi ke mayor pada saat itu, dan kebetulan mayor pada saat itu konselor klien pertama gue. Doi asik sih sejauh ini, malah mikirin gue karena gue kudu ngulang dari awal lagi, thank you so much dah.

                              Kalau klien pertama ini tidak ada masalah, so far dia baik meskipun introvert, yaa mayanlah kudu gue tanya baru di jawab, lumayan kalem karena enggak ada basa-basi, enggak ada nyapa gitu wkwkwk, klien kedua ue yang rajin dan bertanggungjawab, klu disuruh gerak cepat dan bersih bgt anaknya tapi di balik itu semua dia paling respect (yang dirasa loh) karena tanpa gue suruh langsung ambil bangku dua (satu buat gue dan satu buat dia) terus kalau misalkan dia masih ada tugas selalu bilang "sorry...vega maaf lama, tadi bla bla" atau "vega sebentarnya gue masih bla bla", mulut gue doang yang jawab "iya enggak apa-apa" tapi hati dan otak mah "njiirr lama bgt", untung ada basa-basinya coba klu enggak wkwkwk ampun dah hidup dedek ini. Tidak hanya itu dia juga pernah nawarin minuman yang dia bawa, awalnya bingung sih, kok bawa beberapa gelas, terus kenapa bawa minum yang seliter wkwkwk ternyata ditawarin minum, salah sih tidak minum waktu itu padahal haus banget sumpah wkwkwk tp gimana yak takut ketahuan mayor/konselor pada saat itu jadi gue tolak wkwkwk. Beda lah sama klien yang tadi gue ceritain di atas, doi mah paling selaw, paling mageran, hidupnya cuma pengen tiduran aja keknya, susah emang ngomong sama orang batu gitu wkwkwk, tapi tak apa lah udah tau rasanya menghadapi macam-macam kepribadian manusia, jd pas kerja nantisudah tidak kaget wkwkwk.

                             Oh yaa klien gue ini dua-duanya laki-laki, beda budaya, beda lingkungan, beda obat yang digunakan, beda cerita, tapi sama-sama anak bungsu, yang satu cukup mandiri yang satu bergantung. Eh bergantung sih dua-duanya, yang satu bergantung untuk semua kehidupannya, kalau yang satunya lagi cuma bergantung kalau ada apa-apa wkwkwk. Dari mereka belajar sih, kalau lingkungan juga mempengaruhi kita baik dari kepribadian hingga pergaulan, terus secara ekonomi juga yang berada terlihat lebih down to earth, yang ekonomi menengah lebih banyak gaya (ini enggak semua) tapi yaa itu yang terjadi, walaupun mereka pengguna tetap ada sisi baiknya (enggak semua sih), gue sih tidak mempermasalahkan seseorang itu seperti apa backgroundnya karena buat gue balik lagi ke individu tersebut yang menjalani, selama dia bertanggung jawab sama apa yang dia lakukan, selama dia tau resiko apa yang bakalan terjadi, dan selama dia tau mana baik dan salah yaudah biarkan saja, setiap manusia ada prosesnya masing-masing, namanya juga manusia kadang kalau belum jatuh yaa belum taubat wkwkwk. Bukan mendoakan hal buruk tetapi manusia itu tidak bisa dilarang intinya mah, jusrtu yang dilarang yang dilakukan, jadi hal terbaik yaudah di biarkan atau di temenin. Tidak bisa melihat sesuatu kejadian dari satu sisi atau satu masalah saja, kadang banyak faktor pendukungnya.

                               Dalam hal pengguna narkoba pun juga seperti itu, kadang masih banyak stereotipe masyarakat bahwa "pengguna narkoba itu seram, atau nakal, atau bahkan ada yang bilang mereka jahat", padahal tidak semua pengguna narkoba itu jahat dan tidak semua yang jahat itu pengguna narkoba. Dilihat lagi case yang ada seperti apa. Pengguna narkoba sama aja dengan perokok, semakin dilarang semakin tidak berguna larangannya, tapi lebih better pengguna narkoba karena dampaknya dia rasakan sendiri di dalam tubuhnya sedangkan yang merokok tidak separah yang pasif. Yaaa ada plus minus, bukan berarti gue bilang ini gue setuju dengan narkoba/rokok/alkohol atau membolehkan pakai narkoba/rokok tetap tidak boleh dan tidak baik.

           Next is....PSP Bhakti Kasih di Jakarta Pusat. Di sini terselaw sih wkwkwk, Panti ini merupakan panti perlindungan wanita, di mana yang isinya wanita-wanita yang mengalami korban kekerasan rumah tangga, human trafficking atau memang yang ada di jalanan. Di sini dapet klien yang dua-duanya tidak bersekolah sebelumnya, jadi mau tidak mau gue harus mengajarkan mereka berhitung, membaca, dan menulis. Bahkan klien pertama, gue ajarkan tentang sholat wkwkwk, aenjaye tidak tuh? seorang devega mengajarkan sholat itu sesuatu wkwkwk. Klien pertama ini adalah klien ketiga terrajin, terkalem, terpendiem, dan paling terpelan suaranya. Kalau klien kedua juga rajin sih anaknya, walaupun usianya tidak jauh dari gue, tapi dia termasuk telaten mengurus anak bayi yang ada di panti sana. Berhubung PSP ini sedang renovasi dan pindah tempat sehingga aktivitas di sana agak berkurang dari biasanya dikarenakan tempatnya lebih kecil, tetapi masih ada kegiatan memasak, ibadah, kerajinan tangan dan sebagainya. Di sini kegiatannya tidak sebanyak PSBL, mungkin waktu gue di sana kemarin banyak WBS baru dan ada beberapa WBS melahirkan sehingga kegiatan mereka agak berkurang. Ini lah makanya dibilang paling terselaw, walaupun selaw sebagai CP gue tetap membiarkan klien mengikuti kegiatan yang mereka sukai. 

                         Masih okey kan mata kalian? agak panjang sistur yang ditulis juga tidak semuanya kok, ada beberapa yang tidak disampaikan karena emang cukup buat jadi cerita pribadi saja. Masih kepo kan? Lanjut nih yak gaes. Berikutnya adalah Rumah Autis. Yeaaayyy Finally berakhir lah magang mayor klinis kuh ini wkwkwk. Di sini gue magang kurang lebih 2 bulanan, kenapa bisa di sini, ini merupakan tempat magang untuk kasus komunitas gue, yang mana orang tua murid penyandang autisme menjadi klien, ada 10 orang klien yaitu 2 Laki-laki dan 8 perempuan. Range umur mereka dari 20 tahun hingga 40an lebih. Kenapa ada yang laki-laki karena istri mereka bekerja tapi sebenarnya bebas sih mau laki-laki atau perempuan.

                        Di sini banyak hal yang gue pelajari, mulai dari kesabaran, pola asuh, dan penerimaan. Rumah Autis semacam sekolah untuk anak autis tetapi mereka di bawah naungan yayasan, untuk anak autis sendiri mereka tidak setiap hari sekolah seperti anak lainnya, sebagian dari mereka ada yang hanya terapi, ada pula kelas dari senin-kamis, umur anak-anak yang sekolah di sana juga beragam, dari 4 tahun hingga remaja. Jadi kasus komunitas ini 10 orang klien untuk 1 kelompok, satu kelompok itu bisa 2-3 orang sih, nah gue bagi dua dengan teman, jadi gue 5 klien dan teman 5 klein, berhubung klien gue ada beberapa yang terhambat proses pengambilan data, jadilah gue 4 dan teman gue 6, nah kita berdua bakalan sharing data yang di dapat, bahkan gue sama temen saling curhat mengenai klien kita berdua. Dalam hal ini masih ada beberapa yang belum dapat dipecahkan dari persoalan mereka, setelah mewawancarai satu per satu klien masing-masing hingga di ambil data dan terakhir adalah intervensi dengan menggabungkan semua klien kita jadi satu. Nah ini, sebagian dari mereka ada yang dapat dukungan penuh dari pihak pasangan dan keluarga besar, tetapi ada juga yang mengurusnya sendirian karena salah satu dari pasangan ada yang kurang tegas. Terkadang sebagai orang tua ada perasaan tidak enak atau lebih tepatnya kasian sama anak, apalagi mereka bagi orang tua yang anaknya autis, tidak mudah untuk mengurus anak mereka, belum lagi yang memiliki anak banyak, dan kebanyakan dari mereka dari keluarga menengah ke bawah.

                     Ternyata mengurus keperluan untuk membiayai dan merawat anak autis itu sangat mahal. Mulai dari menjaga pola makan, sekolah, dan sebagainya. Menghadapi anak autis ini cukup extra keras sih, dari segi fisik udah pasti capek banget dan butuh extra sabar juga dalam mengajarkan sesuatu ke mereka, karena butuh berulang-ulang mengulangi pelajaran ke mereka, terkadang di umur mereka untuk umur 7 tahun anak normal sudah bisa baca, menulis dan berhitung tetapi berbeda dengan anak autis, di umur mereka yang segitu belum tentu bisa membaca, menulis atau berhitung, setiap anak intinya beda-beda sih. Tidak terbayangkan jadi orang tuanya seperti apa mereka bisa membangun sabar dan kuat menghadapi hari-harinya.

                         Oh iya awal pertama masuk ke sini sempat takut sih menghadapi anak autis karena sebelumnya pernah trauma sama anak tetangga. Pernah suatu ketika gue lagi jalan sendirian mau ke indoramet dan melewati rumah tetangga tersebut, pas ngelewatin rumahnya aank tersebut menghampiri gue dan tiba-tiba mencubit tangan gue pake kuku gitu, jadi cubit karena gue kaget jadi ke tarik hingga terbeset di tangan, sejak hari itu kalau mau melewati rumahnya selalu minggir. Pas mulai magang di sini juga ada ceritanya, jadi ada anak umur belasan tahun yang melihat gue dan mengajak untuk high five yang gue iyain pada saat itu, eh tapi sekali tidak cukup, yaudah akhirnya dakuh high five lagi dengannya tetapi tangan gue di pegang erat-erat sama dia, lumayan panik guenya tapi anaknya sok cool aja gitu, di situ ada kali sekitar 2-3 menit tangan gue di pegang erat banget, dan anak itu badannya lebih besar dari gue yaudah lah dari segi fisik bakal kalah. Tidak hanya itu saja sih, anak dari klien gue, tiba-tiba mendekati gue gara-gara pake hoddie "Malioboroman" bergambar pula, dan langsung lah tiba-tiba memegang jaket, dan surprise lagi dia tau bahasa inggrisnya obor, tetiba ngucapin aja gitu, waaah so cool padahal gue aja lupa bahasa inggris obor apaan wkwkwk. Oh iya semenjak dari sini, dia selalu hapal sama gue, megang tangan gue dan tidak mau lepas wkwkwk. Pernah gue kerumahnya dia karena ngambil data orang tuanya, dan dia tau dong gue siapa, terus selalu bilang "Aku sayang ibu vega", Wadidaw wkwkwk terhura banget.

                           Ketika lari di sebuah GOR yang ada di Jakarta Utara, ada anak perempuan yang bisa dibilang hiperaktif banget tidak mau diam, pada saat itu gue gandeng tangannya untuk lari mengelilingi lapangan dan yaps di tengah jalan tangannya berusaha untuk memberontak tapi gue pegang dia lumayan kenceng (maapin) agar tidak kabur gitu aja, dan pada saat itu gue megang dua anak wkwkwk jadi mayan juga lari sambil megang dua anak kecil.  Terus momen berenang bareng di sebuah GOR yang ada di jakarta, jadi ada anak yang tidak mau berenang padahal sudah ada pelatihnya di situ, akhirnya gue turun lah dan menghampiri anak itu. Dia tau kalau gue mau ngajak dia ke tengah, sempat takut, terus dia nyebutin angka yang ada di pinggir kolam renang, nah yaudah gue sama dia menghitung bareng, lama-lama dia mau ke tengah sih tapi yaa gitu enggak mau di lepas tangannya. Senang sih menjaga mereka-mereka semua, tapi itu kalau sudah tantrum melebihi anak yang biasa sih. Sering juga mendengar mereka nangis sambil teriak kenceng gitu, kadang kalau capek gue masih bisa tidur tenang walaupun ada suara tangisan wkwkwk seketika mikir gimana gue jadi orang tua wkwkwk ada anak nangis gue masih bisa tidur nyenyak. Di sini doang bisa tidur selaw wkwkwk, maapin tapi emang capek banget sistur. Banyak sih momen-momen, terkadang juga masih sedih kalau orang masih suka stereotipe tentang anak autis bahkan ada yang melihatnya tuh lebay banget. 


                         Oh iya sama jangan lupa dengan laporan hahaha, diri ini aja belum kelar. Selama PER-PKPP-AN ini sih sudah pasti capek yang dirasakan, bukan capek fisik sih tapi energi yang kita punya gampang terkuras karena memang mendengarkan cerita orang itu tidak mudah. Bukan,  karena capek mendengarkan tapi lebih ke emosi, pikiran dan perilaku klien yang terkadang tuh bikin negatif juga di kitanya. Salah satunya menjaga mood, terus juga jangan terlalu percaya dengan orang lain, terkadang ada yang mau ngobrol bareng eh pas ketika memasuki asesmen ditolak, ada kok yang seperti itu jadi tidak usah kaget. Balik lagi, kita kudu bisa menerima klien kita apa adanya kurang lebih sih gitu. 
               
                              Sebenarnya masih banyak sih cerita-ceritanya, belum lagi terkadang drama dengan teman sekelompok wkwkwk. Eeiittss .... ini mah RAHASIA kelompok aja. Intinya buat kalian yang mau magang PKPP lebih persiapkan ke mental sih, terkadang apa yang kita rencanakan tidak sesuai pas sudah di lapangan, intinya balik lagi ke penerimaan diri, tidak usah di paksakan, jalanin saja sesuai dengan alurnya.  Tapi jangan terlalu selaw juga kayak gue wkwkwk, yaaa gimana yak kadang anaknya suka enggak enakan sama orang, masalahnya gue yang butuh, klien-klien gue belum tentu butuh gue (psikolog), jadi gue tau kok masing-masing mereka punya persona dan defence masing-masing. Oh iya sama selalu sehat dan jaga kondisi badan selama magang, terus jangan lupa mandi 2x sehari, makan jangan lupa, terus jaga kebersihan baik diri dan almet kudu sering-sering di cuci gaes wkwkwk. Sekian katarsis kuh, semoga bermanfaat buat kalian, dan semoga terjawab kekepoan kalian ini. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KURA-KURA

Ada Apa Dengan S2?